DPP AKSI memang menggelar rakornas-nya
dari tanggal 9 hingga 12 Juni 2014 dengan dukungan Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan, BPSDMPK&PMP, Kemdikbud. Sebanyak 80 orang
kepala sekolah dari seluruh Indonesia yang mewakili unsur DPD hadir
untuk berbagi pengalaman dan merumuskan bentuk asosiasi ini kedepannya.
Dengan mengusung topik mewujudkan pengelolaan satuan pendidikan yang
bermutu.
“Kurikulum 2013 saat ini telah melewati fase-fase krisisnya dan alhamdulillah dapat dilalui dengan baik dengan segala dinamikanya”.
Musliar
Kasim menjelaskan secara panjang lebar mengenai perjuangannya
mengimplementasi kurikulum 2013. Fase krisis yang pertama adalah
perumusan ide. Tidak terbayangkan pertempuran ide saat itu, begitu keras
dan dahsyat. Banyak pemikiran-pemikiran yang menyatakan bahwa kurikulum
2013 tidak mungkin dilaksanakan dan kalau idenya seperti yang
dirumuskan, maka tidak mungkin Indonesia bisa menguasai dunia.
Penghadangan ide-ide dalam
Kurikulum 2013 ini target utamanya hanya mematikan langkah kurikulum
baru ini. Dan yang lebih sedih lagi, mereka yang didengarkan oleh media
hanyalah pengamat-pengamat yang tidak menyelami nilai spirit dibuatnya
Kurikulum 2013.
Padahal, Kurikulum 2013 membawa
semangat perubahan yang amat mendasar dan mengembalikan pendidikan ke
posisi yang seharusnya. Sebagai contoh untuk jenjang SD
perubahan-perubahan tersebut adalah model pembelajaran tematik terpadu,
menggantikan model pembelajaran sebelumnya tematik mapel. Dengan tematik
terpadu memungkin untuk mereduksi beban pelajaran yang harus ditanggung
oleh siswa dengan tetap mengindahkan kualitasnya. “Buku siswa untuk
tematik hanya 114 halaman”.
Dengan jumlah halaman hanya 114,
maka akan menghindari model pembelajaran yang isinya hanya membaca dan
berteori. “Ini karena Kurikulum 2013 adalah activity based, siswa harus
sering beraktivitas”.
Perubahan kedua adalah untuk
usia SD kelas 1, siswa tidak lagi diminta untuk membaca. Tema 1 pada SD
kelas 1 tentang Diriku hanya meminta aktivitas siswa untuk belajar
berkenalan. Walau tertulis setiap nama tokoh anak yang terlibat dalam
aktivitas perkenalan tersebut, tapi guru tidak meminta mereka mengeja
nama-nama tersebut.
Perubahan berikutnya terkait
dengan penanaman nilai luhur keanekargamanan. Tokoh yang dimunculkan
adalah anak-anak yang berasal dari berbagai macam suku dengan kekhasan
tampilan dan namanya serta perbedaan agama. Dengan demikian, sejak dini
siswa ditanamkan pemahaman bahwa lingkungan sekitar tempat kita hidup
adalah beraneka ragam. Implikasinya, cerita si Budi, Wati dan
keluarganya sudah tidak ditampilkan.
Prof. Musliar Kasim juga
mengatakan bahwa Kurikulum 2013 saat sedang berjuang untuk melewati
phase krisis kedua. Dimulai dari penulisan buku tahunan kedua,
penyediaan buku dalam skala besar, pelatihan dalam skala besar dan
terakhir implementasi bertahap dan menyeluruh. Phase kedua ini
diharapkan rampung pada minggu ketiga bulan Juli.
Sebuah pernyataan penting
dikeluarkan oleh Pak Musliar Kasim diakhir sessi, “Bapak dan Ibu percaya
kepada saya. Tidak ada yang mengatakan bahwa Kurikulum 2013 itu tidak
bagus, tapi yang menjadi berita bagus adalah saat guru tidak siap dengan
Kurikulum 2013 dan buku yang belum terdistribusikan”, ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar