Jakarta--Kepedulian
terhadap lingkungan membawa Jeffry Wicaksana (16 tahun), dan Sheren
Devina Soenario (17 tahun) menjadi peraih medali emas, pada Kompetisi
1st International Science Project (1st ISPro). Dua
siswa SMA Laurentia Serpong, yang tergabung
dalam satu tim ini, mengusung proyek penelitan Helm Bambu. Judul penelitiannya adalah Bamboo Helmet From Composite Material.
dalam satu tim ini, mengusung proyek penelitan Helm Bambu. Judul penelitiannya adalah Bamboo Helmet From Composite Material.
Ditemui seusai pemberian medali pada acara
penutupan 1st ISPro, di Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Jumat (23/5). Jeffry, demikian siswa kelas XI ini dipanggil, menuturkan
alasan pemilihan materi bambu untuk pembuatan helm. Menurut dia,
kuantitas penggunaan motor sebagai alat transportasi berkembang pesat,
diikuti dengan jumlah produksi helm sebagai alat pengaman saat
berkendara motor.
Saat ini, plastik sangat mendominasi untuk
pembuatan sungkup (batok) helm. Akibatnya, jumlah sampah plastik akan
bertambah, padahal plastik sulit didaur ulang. "Jadinya, kami berpikir
kenapa tidak coba diganti, maka dipilih bambu, karena banyak bambu di
sekitar, penggunaannya juga sudah banyak,"ungkap Jeffry. Sheren, siswi
yang berada di kelas XII, pun menambahkan, "Penggunaan bambu itu dapat
mengurangi jumlah penggunaan plastik sebesar 55 persen."
Secara sepintas, sungkup helm dari bambu ini memang diragukan daya
tahan terhadap tumbukan, apabila terjadi kecelakan. Keraguan tersebut
ditepis mereka. "Helm ini sudah lulus uji Standar Nasional Indonesia
(SNI) untuk daya tahannya," ujar Sheren.
Masih menurut gadis berambut panjang ini, pada saat terjadi
tumbukan, bahan bambu yang dipakai lebih elastis. Jadi, ketika terjadi
tumbukan di kepala, efek yang ditimbulkan dapat lebih kecil. "Kalau ada
tumbukan, retak pada helm pasti ada, hanya kemungkinannya lebih kecil
dibanding helm plastik," dia membandingkan.
Kepada media, Jeffry menjelaskan proses pengolahan bahan dasar
bambu, hingga menjadi sungkup helm. Pertama, mereka menggunting lembaran
anyaman bambu menjadi empat sisi. "Bentuknya yang seperti tikar itu
loh," tambahnya. Kemudian, hasil guntingan ditekan ke dalam cetakan
bulat yang sudah biasa digunakan untuk membuat helm. Setelah tercetak,
sungkup itu diberi perekat, yang juga ramah lingkungan. Terakhir,
sungkup itu dijemur selama beberapa minggu, lalu diberi aksesori
pelengkap untuk helm.
Sheren menambahkan, "Memang pembentukan kerangka itu, kami
bekerjasama dengan pabrik, yaitu pada pabrik yang produksi merk SHC
helm." Hal itu dilakukan karena helm ini belum dipatenkan.
Seusai meraih medali, mereka sangat berharap hasil penelitian ini
tidak berhenti begitu saja. "Mudah-mudahan dapat diproduksi secara
massal," harap Jeffry. Untuk itu, penelitian lanjutan sangatlah perlu
dilakukan, seperti uji penempatan suhu, dan keringanan. Sheren
mengatakan, "Dan penelitian untuk itu akan membutuhkan waktu yang sangat
panjang." Menyadari itu, gadis berambut panjang ini berminat
melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu, lalu melanjutkan penelitian
tersebut. "Saya sudah diterima di City University Of Hongkong, nanti
kalau sudah lulus saya ingin menjadi penjual helm saya ini," harapnya
optimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar