|
Kemendikbud berencana untuk memanfaatkan tablet sebagai pengganti buku pelajaran. |
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana untuk memanfaatkan tablet sebagai pengganti
buku pelajaran.
Mendikbud, Anies
Baswedan mengatakan sistem baru dalam pembelajaran di
Indonesia ini diberi nama e-Sabak atau elektronik sabak. Sabak adalah
media untuk menulis yang dipakai para pelajar Indonesia puluhan tahun
lalu.
"Buku adalah alat ajar paling penting. Kita mendiskusikan akan pakai
elektronik book, e-Sabak. Kita ingin menggunakan tablet sebagai alat
untuk proses belajar mengajar. Buku tulis yang dipakai tetap seperti
biasa, sedangkan buku ajar baru kita pakai yang digital," kata Anies
yang
SekolahDasar.Net kutip dari
Liputan6 (08/01/15).
Menurutnya, mengganti buku pelajaran dengan komputer tablet ini akan
membantu pelajar di daerah terdepan, terluar dan terpencil (3T). Selama
ini sulitnya medan dan akses menuju daerah 3T, membuat pelajar di daerah
itu sulit mendapatkan buku sebagai bahan belajar. Dengan konsep e-Sabak
diharapkan masalah tersebut bisa diatasi.
"Biasanya mereka sulit mendapat buku ajar kalau sudah dibikin digital
kan akan lebih mudah mereka dapat. Jadi pelajar di daerah 3T nanti akan
memiliki kualitas yang setara dengan pelajar di perkotaan," kata Anies.
Dana untuk mewujudkan rencana sistem baru dengan memanfaatkan perangkat
teknologi komputer tablet itu sudah ada. Tetapi, untuk urusan lebih
jelas Anies berkata baru bisa memaparkannya setelah pembahasan lebih
lanjut.
Kemendikbud menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) dan Telkom. Ketiganya akan melakukan rapat lebih mendalam
terkait konsep baru mengganti buku pelajaran dengan bentuk digital itu.
Pelajar
di berbagai negara sudah memanfaatkan tablet sebagai buku pelajaran mereka.
Fasilitas ini akan segera dinikmati juga oleh pelajar Indonesia. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berencana menggunakan
tablet sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar. Buku untuk menulis akan
tetap menggunakan kertas, tablet hanya akan dipakai sebagai media penyimpan
materi pelajaran.
Menyangkut
aktivitas pembelajaran, lanjut Anies, ada lebih dari 50 juta anak bersekolah di
seluruh Indonesia. Mereka diajar oleh lebih dari tiga juta guru. Menurut Anies,
buku adalah alat ajar yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. "Salah
satu tujuan dari penggunaan tablet yang dinamai E-Sabak ini adalah untuk
menekan biaya. E-Sabak diadopsi dari media pembelajaran sabak yang dulu
digunakan masyarakat untuk menghemat kertas," ujar Anies di Kantor
Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (7/1/2015).
Selain
menghemat kertas, penggunaan E-Sabak juga dapat menjaga kualitas buku karena
tidak dipengaruhi faktor lain seperti kertas, distribusi atau kerumitan
logistik. E-Sabak juga dirancang untuk bersifat interaktif, misalnya dengan
memberikan bahan-bahan kuis kepada guru-guru. "Intinya adalah kalau
kemarin medianya bebas ditentukan di hilir, sekarang di tablet jadi materinya lebih
kaya," ujar Anies.
Selain
rencana penggunaan tablet sebagai buku teks di sekolah, Kemendikbud juga
membahas kerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan informasi (Kemenkominfo),
Kementerian Pariwisata serta PT Telkom tentang layanan internet untuk daerah 3T
dan layanan email untuk sekolah, guru dan siswa. Kerjasama antarkementerian ini
penting mengingat Kemendikbud memiliki jaringan yang sangat luas, yaitu 208
ribu sekolah di Indonesia.
"Ada
komunikasi untuk aktivitas pembelajaran, jaringan yang amat luas ini manfaatnya
lebih besar. Ketimpangan akses pendidikan berkualitas bisa kita kurangi,
sehingga sekolah yang di 3T ini bisa mendapatkan kualitas pengetahuan informasi
yang sama dengan di kota besar," imbuh Anies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar