murni dan nilai sekolah.
Dari paparannya pula diketahui, kelulusan SMA
tahun ini turun 0,02 persen dari tahun lalu yang 99,50 persen. Sedangkan
kelulusan SMK justru mengalami kenaikan 0,23 persen dari tahun lalu
yaitu 99,72 persen. Mendikbud mengatakan, naik turunnya persentase
kelulusan ini masih wajar. Dan kekhawatiran masyarakat akan terganggunya
penilaian karena penundaan UN di 11 provinsi maupun lembar jawaban yang
buruk pun tidak terbukti.
“Memang ada penurunan, tapi tidak signifikan.
Artinya, persoalan kemarin tidak mengganggu dari sisi kelulusan dan dari
sisi pelaksanaan. Jadi LJUN kemarin tidak mempengaruhi,” kata Mendikbud
di selah-selah paparannya.
Ada dua penyebab ketidaklulusan siswa peserta UN,
yaitu nilai rata-rata di bawah 5,5, atau meski rata-rata mencukupi tapi
ada satu atau dua mata pelajaran yang bernilai di bawah 4. Dengan rumus
tersebut, ketidaklulusan untuk tahun ini tercatat 8.250 (0,52 persen)
siswa SMA dan 601 (0,05 persen) siswa SMK.
Mendikbud menyebutkan, tahun ini terdapat 15 ribu
sekolah atau 86,98 persen sekolah yang lulus UN 100 persen. Dari jumlah
15 ribu sekolah tersebut menaungi 1,3 juta siswa peserta UN. Namun
demikian, mantan Rektor ITS ini mengakui, terdapat 24 sekolah yang
kelulusannya nol persen. Dari 24 sekolah ini tercatat 899 siswa peserta
UN di dalamnya.
Untuk ketidaklulusan nol persen di 24 sekolah ini
belum disebutkan sekolah dan di wilayah mana saja. Mendikbud mengatakan,
akan melakukan diagnosa terhadap kondisi tersebut. Jika nanti telah
diketahui hasil diagnosanya, baru akan dilakukan intervensi. Intervensi
tidak hanya dilakukan kepada sekolah yang tingkat kelulusannya nol
persen saja, tapi juga berlaku untuk sekolah yang kelulusannya rendah.
“Pertama kita lihat gurunya. Apakah cukup atau
tidak. Apakah gurunya sudah sertifikasi atau belum. Infrastrukturnya
seperti apa. Setelah ketemu resepnya apa, baru kita intervensi. Mereka
akan diberi pembinaan,” katanya. (AR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar